Tuesday, April 9, 2013

Review Buku "Cerita Di Balik Noda"


Detail Buku:
Judul: Cerita di Balik Noda
ISBN/EAN: 9789799105257 / 9789799105257
Pengarang: Fira Basuki
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit: 14 Februari 2013
Pages: 248
Berat: 231 gram
Dimensi(mm): 135 x 200
Kategori: Fiksi
Harga: Rp 40.000

Sinopsis:
Kisah-kisah dalam Cerita di Balik Noda ini seolah menyadarkan kita betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup yang tak pernah kering jika kita mau melihatnya dengan cinta. Kenakalan mereka adalah kilau emas, dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa.
Barangkali karena yang melahirkan anak-anak, para ibulah yang umumnya mampu melihat semua itu dengan cinta mereka. Tidak heran bila kisah-kisah dalam buku ini kebanyakan ditulis oleh kaum ibu. Mereka berbagi cerita tentang hubungan ibu-anak yang telah memperkaya jiwa mereka.
Fira Basuki, salah seorang novelis Indonesia terkemuka sekarang ini, mengembangkan cerita-cerita para ibu tersebut dengan tetap mempertahankan gaya tulisan aslinya. “Ketika saya diminta untuk mengembangkan buku Cerita di Balik Noda ini, saya seolah sedang bergelut dengan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Saya merasakan gairah sebagai seorang ibu,” tulis Fira dalam pengantarnya.

Review:
Berani kotor itu baik. Mudah diucapkan tapi sulit untuk diterapkan, itulah yang saya rasakan. Jujur saja saya tidak terlalu suka kegiatan mencuci atau mengepel. Makanya entah bisa berapa kali dalam satu hari saya berkata "Awas kotor!" pada anak batita saya. Tapi saya sadar bahwa usianya sekarang ini adalah masa golden age dimana perkembangan otaknya sedang pesat dan kotor seharusnya tidak menjadi halangan bagi anak saya untuk bereksplorasi. Sehingga kini saya lebih banyak pasrah saat melihat badan atau pakaian Jav yang kotor ketika sedang asyik bermain. 

Saya pikir, selama masih ada sabun dan air bersih, saya tidak perlu merasa takut yang berlebihan pada si noda. Dan setelah dijalani, mencuci dan mengepel ternyata tidak ada apa-apanya dibanding dengan ekspresi anak saya yang begitu takjub saat dia merasakan air hujan membasahi tubuhnya, atau ekspresi bahagia anak saya saat kubangan air kotor yang dia injak terciprat kemana-mana, juga ekspresi ceria saat dia sedang membantu ayahnya mencuci mobil. 

Itulah sepenggal kisah saya dan anak saya dengan si noda. Saya penasaran bagaimana pengalaman ibu-ibu lain dalam menghadapi si noda ini. Karena itulah saya sangat bersemangat untuk membaca kisah-kisah inspirasi jiwa yang dikumpulkan oleh Rinso Indonesia dalam  buku Cerita di Balik Noda.

Sebelum mulai membaca buku ini, saya berharap akan mendapatkan tulisan-tulisan seperti pada buku-buku Fira yang pernah saya baca sebelumnya, yaitu Trilogi Jendela-Pintu-Atap dan Biru. Tapi ternyata saya salah. Sesuai dengan desain sampul bukunya, 4 kisah yang ditulis Fira dan 38 kisah penulis lain yang ditulis ulang oleh Fira dalam buku ini begitu sederhana. Apakah saya kecewa? Tentu saja tidak. Karena meskipun ceritanya ringan dan cara penuturannya sederhana, kisah-kisah tersebut begitu inspiratif dan sarat akan pembelajaran.

Cerita yang paling menyentil saya adalah kisah seorang ibu muda yang begitu over protective pada anaknya dalam cerita Kaki (Harus) Kotor. Ibu tersebut rela menggendong anaknya kemana-mana agar kuman tidak menghampiri anaknya. Namun lama-kelamaan, dia merasa lelah. Apalagi anaknya sudah bertambah besar dan belum juga bisa berjalan. Akhirnya noda-lah yang membuat anaknya berani dan lancar berjalan.

Dari cerita Koki Cilik, Master Piece, Baju Kreatif, dan Garuda di Dada Kiriku, saya belajar bahwa orang tua harus peka pada bakat yang dimiliki oleh anaknya dan mendukung kreativitasnya. Apalah arti noda jika dibandingkan dengan prestasi yang dapat diraih oleh anak.

Cerita Di Antara Sampah, Nasi Bungkus Cinta, Imlek Buat Lela, Agi Tidak Pelit, dan Demi Sekantong Beras memperlihatkan kisah anak-anak berhati mulia yang rela berkotor-kotor demi membantu sesama.

Itu saja? Tunggu dulu. Cerita dalam buku ini tidak hanya berisi kisah tentang noda yang kasatmata seperti tanah, lumpur, sampah, dan darah, tetapi juga noda lain yang tidak kasatmata. Seperti prasangka buruk dalam cerita Bos Galak, Siluman Tikus, dan Kado Ulang Tahun. Atau kesedihan yang berlarut-larut dalam cerita Hidup Baru Danu, Sarung Ayah, dan Pohon Kenangan. Dan perasaan iri dalam cerita Di Balik Musibah. Juga ujian kesabaran dalam cerita 100 Hari Menanti dan Boneka Beruang Zidan.

Semua kisah yang terangkum dalam buku ini begitu berwarna. Tidak hanya menceritakan hubungan antara ibu dan anak, tetapi juga hubungan antara bos dan anak buah, murid dan guru, suami dan istri, kakek dan cucu, paman dan keponakan, juga dengan saudara, teman, dan tetangga.

Kisah-kisah tersebut begitu menguras emosi, namun selalu ditutup dengan ending yang manis. Membuat mata saya berkaca-kaca ketika tiba di akhir setiap cerita. Saya sungguh takjub, karena di balik cerita sehari-hari yang ringan dan sederhana terdapat hikmah yang begitu besar. Melalui anak-anak dalam kumpulan kisah ini, saya belajar bahwa noda tidak hanya melulu tentang mencuci dan mengepel, tetapi jauuuuh lebih besar dari itu. Dengan kepolosan dan kesucian hatinya, mereka menunjukkan kasih sayang dan semangat berbagi melalui noda. Membuat saya yang sudah tergolong dewasa ini menjadi malu. 

Kekurangan dari buku ini yaitu masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kata dan nama. Menurut saya masih cukup wajar. Bukankah berani kotor itu baik? Asalkan kita tahu bagaimana mengatasinya :) Semoga kesalahan-kesalahan tersebut segera diperbaiki pada cetakan berikutnya.

Rating: 4/5
1 jempol untuk cerita yang ringan dan menghibur.
2 jempol untuk hikmah yang terkandung di dalam semua cerita.
Juga 1 jempol untuk desain sampul bukunya yang minimalis, kontras, dan cantik.

Dan terakhir, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh siapa saja, bukan hanya oleh ibu-ibu :)

~~~


4 comments: